Susul Instagram, Facebook Mulai Uji Coba Hapus Fitur Like?

Facebook mulai melakukan uji coba menghapus fitur jumlah like pada sejumlah penggunanya sejak Jumat (29/9/2019). Selain jumlah like, fitur seperti reaksi dan pengguna yang melihat sebuah post hanya bisa dilihat oleh pengunggah postingan.

Uji coba ini pertama kalinya dilakukan di Australia. Facebook telah mengonfirmasinya dan termasuk iklan. “Kami sedang menjalankan tes terbatas, yakni jumlah reaksi dan tampilan video dibuat secara pribadi di Facebook,” sebut juru bicara Facebook kepada CNET dalam sebuah pernyataan melalui email pada Kamis (26/9).

Hasil percobaan ini nantinya yang dapat menentukan fitur Facebook ke depannya. Pihak Facebook menambahkan bahwa penghapusan fitur ini bermaksud “mengumpulkan umpan balik untuk mengetahui adakah perubahan ini akan memperbaiki pengalaman banyak orang”.

Dilansir dari Mashable, tes ini terinspirasi dari sebuah studi yang menunjukkan hubungan antara jumlah likes dengan harga diri. Menurut studi Pew Research pada 2014, 12 persen dari pengguna Facebook sangat tidak menyukai tekanan yang mereka rasakan akibat melihat unggahan popular.

Pada 30 September, Facebook masih memperluas eksperimen kepada lebih banyak orang lagi. Tapi, seharusnya menyentuh mayoritas warga Australia dalam satu atau dua hari. Facebook telah  mengindikasikan akan menguji coba penghapusan fitur like sejak awal September setelah menguji Instagram tahun ini.

Seperti yang diketahui, Instagram telah mencoba menyembunyikan fitur like di tujuh negara, mulai Australia, Kanada, Brazil, Selandia Baru, Irlandia, Italia, hingga Jepang pada Juli lalu. Pada bulan Agustus, Facebook mengatakan tes pada Instagram dimaksudkan untuk “menghilangkan tekanan terhadap seberapa banyak likes pada postingan yang diterima”.

Menyembunyikan fitur like dianggap dapat mengubah cara pengguna saat beraktivitas di Instagram. Sama halnya dengan penemuan tombol like. Adanya fitur itu rupanya dapat memicu sifat kompetitif di media sosial. Salah satunya adalah mengubah banyak situs menjadi kontes popularitas.

Sebuah studi tahun 2016 oleh UCLA menunjukkan bahwa remaja secara signifikan lebih cenderung menyukai foto jika orang lain juga menyukainya. Para peneliti menghubungkan perilaku itu dengan tekanan teman sebaya. Melihat foto-foto dengan banyak like juga mengaktifkan wilayah otak remaja yang dipicu ketika orang mengalami sesuatu yang menyenangkan, seperti makan cokelat atau memenangkan uang menurut para peneliti.